Pages

Selamat Datang Ke Sadau FM 99.9Mhz dan MoazmarFM ...Dekat Di Hati Menemani Anda Dimana Jua .....Radio Lebah Fm 99.9Mhz ini boleh dinikmati di linkaran 10 km dari studio dengan menggunakan mana mana radio FM ..samada radio kereta atau radio rumah ,radio HP dsb dan kedua dua station radio ini sdah di onlinekan jadi anda boleh mendengar dimana sahaja anda berada di seluruh dunia melalui laman sesawang anda....sebrang masalah dan cadangan sila email ke moazmar@yahoo.com .moazmaqr@yahoo.com.group lebahfm...> Radio LebahFM... 99.9MHZ telah berjaya di onnline ke laman sesawang ...peminat radio kini boleh menikmati siaran radio sadaufm 99.9Mhz dan moazmarFM dimana sahaja berada ..anda boleh klik je kat butang play tu .........Terima kasih atas sokongan anda .......Untuk paparan yang sempurna gunakan explorer 8 keatas...Terima kasih ...untuk melihat paparan lepas sila klik older post ruangan posting paling bawah ..Syukran ........ UQBAH BIN NAFIQ: "Ya Allah, kiranya aku tahu di seberang lautan ini masih ada daratan dan manusia nescaya aku renanginya untuk menjulang bendera Islam di sana". ...............LebahFM..Kenapa??.... Nabi Shalalahu ‘Alaihi Wasallam mengibaratkan seorang mukmin sebagai ‘lebah’. Sesuatu yang tidak merosak dan tidak menyakitkan : “Tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merosak dan tidak pula memecahkannya.” Semoga diri ini bisa menjadi ibarat lebah. Insya Alla . TGNA: “Perjalanan ini akan terhenti sekejap di lampu isyarat, dan akan diteruskan apabila lampunya bertukar hijau. Bersabarlah sekejap menunggu warna hijau itu, sementara warna merah dan kuning silih berganti. Tapi ingat enjin jangan dimatikan!" "SeOrAnG TeMaN, BiLa BeRjAuHaN, DiA AkAn MeNaNgIs KeRaNa RiNdU & Bila DeKaT, DiA AkAn MeNaNgIs KeRaNa TaKuT BeRpIsAh, JiKa HaRi iNi Ia DaTaNg, JaNgAn BiAr Ia BeRlAlu PeRgI... JiKa EsOk Ia BeRtAnDaNg JaNgAn HaRap Ia KeMbAlI LaGi, SeSuNgGuHnYa, YaNg InDaH ItU PeRtEmUaN, YaNg MaNiS ItU KeMeSrAaN, YaNg PaHiT ItU PeRpIsAhAn, YaNg TiNgGaL HaNyAlAh KeNaNgAn... HiLaNgNyA SeOrAnG TeMaN, IbArAt HiLaNg SeBeLaH TaNgAn, LuKaNya BoLeH DiUbAt TaPi HiLaNgNya TiAdA GaNtI" >
Dunia Sementara Akhirat Selamanya

Bismillahirohmannirohim...

Allah Swt menciptakan Dunia ini untuk kita Manusia.
Namun kita di Ciptakan oleh Allah bukanlah untuk Dunia ini

Allah Swt menciptakan kita adalah untuk kehidupan Akhirat yang Selama-lamanya
Ketetapan Allah bahwasanya Dunia ini hanyalah Sementara saja
Apa saja yang ada di dunia, siapa saja yang berada di Dunia hanya Sementara saja
Kaya di Dunia Kaya yang Sementara
Miskin di dunia miskin pun yang Sementara
Jadi Raja di Dunia raja yang Sementara
Jadi Rakyat pun Sementara saja



Jom Tengok Macam Macam TV yg Percuma termasuk tv1/2 dan lagi lagi

Sunday, August 31, 2014

SABAR MENGHADAPI UJIAN HIDUP

SABAR MENGHADAPI UJIAN HIDUP


Sesungguhnya ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi menerpa hidup manusia merupakan satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla. Tidak satu pun diantara kita yang mampu menghalau ketentuan tersebut.
Sesungguhnya ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi menerpa hidup manusia merupakan satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla. Tidak satu pun diantara kita yang mampu menghalau ketentuan tersebut.
Keimanan, keyakinan, tawakkal dan kesabaran yang kokoh amatlah dibutuhkan oleh seorang hamba dalam menghadapi badai cobaan yang menerpanya. Sehingga tidak menjadikan dirinya berburuk sangka kepada Allah Subhanahu wata’ala terhadap apa yang telah ditentukan baginya.
Oleh karena itu, dalam keadaan apapun seorang hamba yang beriman kepada-Nya harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Dan haruslah diyakini bahwa tidaklah Allah menurunkan berbagai musibah melainkan sebagai batu ujian atas keimanan yang mereka miliki. Allah Ta’ala berfirman :
“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” (Al Baqarah : 214)
Kesabaran merupakan perkara yang amat dicintai oleh Allah dan sangat dibutuhkan seorang muslim dalam menghadapi ujian dan cobaan yang dialaminya. Sebagaimana dalam firman-Nya :
“…Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran : 146)
Selama roda kehidupan terus berputar, seorang takkan pernah luput dari menuai ujian dan cobaan. Dengan berbagai musibah yang datang silih berganti ini, hendaknya seorang introspeksi diri dan semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala. Bukan mengambil jalan pintas dengan mengklaim ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Karena tidak ada yang bisa memberikan solusi terbaik dari berbagai ujian dan cobaan hidup melainkan hanya Allah Azza wa Jalla.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menggambarkan kriteria seorang mukmin dalam menyikapi ketentuan Allah Subhanahu wata’ala, beliau bersabda :
عجباً لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ, فَكَانَ خَيْراً لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ ". رواه مسلم
“Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan tidaklah didapatkan pada seorang pun hal tersebut melainkan pada diri seorang mukmin : Jika dia merasakan kesenangan maka dia bersyukur. Dan itu lebih baik baginya. Jika kesusahan menerpanya, maka dia bersabar. Dan itu lebih baik baginya.” (Riwayat Muslim)
Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah, beliau menerangkan tentang hadits di atas : (Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya), maksudnya : “Sesungguhnya Rasul ‘alaihis sholatu wassalam menampakkan kekaguman beliau dengan pandangan kebaikan (terhadap perkara seorang mukmin), maksudnya : “terhadap urusannya.” Maka sesungguhnya seluruh urusan itu (dianggap) baik baginya dan tidak terdapat hal tersebut kecuali pada diri seorang mukmin. Kemudian Rasul ‘alaihisholatu wassalam memberikan rincian tentang perkara kebaikan tersebut dengan sabdanya : (Jika dia merasakan kesenangan maka dia bersyukur. Dan itu lebih baik baginya. Jika kesusahan menerpanya, maka dia bersabar. Dan itu lebih baik baginya). Beliau (Asy Syaikh Al Utsaimin) berkata : “Ini adalah keadaan seorang mukmin. Setiap manusia berada dalam ketentuan-ketentuan Allah, baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Dan manusia dalam menyikapi ujian dan cobaan ini terbagi menjadi dua golongan : mukmin dan non mukmin (kafir).
Adapun golongan Mukmin ; menganggap baik segala ketentuan Allah baginya. Jika kesusahan itu menimpanya, maka dia bersabar atas ketentuan-ketentuan Allah dan senantiasa menanti pertolongan-Nya serta mengharapkan pahala Allah. Semua itu merupakan perkara yang baik baginya dan dia memperoleh ganjaran kebaikan selaku orang-orang yang bersabar.
Jika kesenangan itu mendatanginya, baik berupa kenikmatan agama ; seperti ilmu, amalan sholih dan kenikmatan dunia ; seperti harta, anak-anak dan keluarga, maka dia bersyukur lagi menjalankan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.
Oleh karena itu, seorang mukmin memperoleh dua kenikmatan, yaitu : kenikmatan agama dan dunia. Kenikmatan dunia diperoleh dengan kesenangan dan kenikmatan agama diperoleh dengan bersyukur. Maka inilah kondisi seorang mukmin.
Adapun golongan non mukmin ; (Sungguh) berada dalam kejelekan, wal’iyyadzubillah. Jika kesusahan itu menimpanya, maka dia tidak sabar, berkeluh kesah, mencemooh, mengutuk, mencerca masa (waktu) bahkan mencela Allah Azza wa Jalla.
Jika kesenangan menghampirinya, dia tidak bersyukur kepada Allah. Maka kesenangan ini akan menjadi balasan siksaan di akhirat.
Maka kondisi orang kafir tetap jelek, baik mendapatkan kesusahan maupun kesenangan. Berbeda halnya dengan orang mukmin yang senantiasa dalam kebaikan dan kenikmatan.
Ada beberapa faedah (yang bisa kita ambil) dari hadits ini :
1. Adanya dorongan (untuk tetap kokoh) diatas keimanan. Dan seorang mukmin senantiasa dalam kebaikan dan kenikmatan.
2. Adanya dorongan untuk sabar atas kesusahan yang menimpa. Karena (sabar) merupakan perangai keimanan. Apabila anda sabar dalam menghadapi kesusahan dan diiringi dengan menanti (pertolongan) Allah agar dibebaskan dari (kesusahan tersebut). Kemudian mengharap pahala Allah Subhanahu wata’ala, maka hal tersebut merupakan tanda keimanan.
3. Adanya dorongan untuk bersyukur tatkala (memperoleh) kesenangan. Jika seorang bersyukur kepada Rabbnya atas nikmat yang diperoleh. Maka ini adalah taufiq dari Allah dan termasuk salah satu sebab bertambahnya kenikmatan, Sebagaimana Allah berfirman :
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim : 7).
Jika Allah memberi taufiq kepada seorang hamba untuk bersyukur kepadanya, maka ini adalah suatu nikmat yang patut untuk disyukuri untuk kedua kalinya. Dan apabila dia diberi taufik lagi, maka itu adalah suatu nikmat yang patut disyukuri untuk ketiga kalinya. Demikian seterusnya.
Sedikit sekali manusia yang mensyukuri nikmat-Nya. Oleh karena itu, jika Allah menganugerahkan kepada anda rasa syukur dan memberikan pertolongan padanya, maka ini adalah nikmat.
Oleh karena itu, disebutkan dalam sebuah sya’ir :
Jika rasa syukur terhadap nikmat Allah itu adalah sebuah nikmat
Maka yang semisalnya (nikmat tersebut) wajib pula disyukuri
Tidak akan sampai rasa syukur itu melainkan dengan keutamaan-Nya
Walaupun hari-hari (masanya) panjang dan umur pun (masih) menyertai
(Syarah Riyadhus Sholihin hal 95-96 cet Darul Aqidah)
Alangkah indahnya perangai seorang mukmin ketika menghadapi ketentuan-ketentuan yang berlaku padanya. Jika ujian itu datang berupa nikmat, maka dia mensyukurinya. Dan jika ujian itu datang berupa kesulitan, kesusahan, kemiskinan, kelaparan, musibah dan sebagainya, maka dia bersabar dengannya. Dua perangai tersebut, yaitu syukur dan sabar merupakan amalan yang agung, bahkan keduanya termasuk dalam perangai keimanan. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Salaf : “Iman itu dua bagian, bagian pertama adalah sabar dan bagian kedua adalah syukur.” Dan mereka menyandarkan perkataan tersebut dengan firman Allah Azza wa Jalla :
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” (Ibrahim : 5)
Macam-Macam Kesabaran
Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan dalam Madarijus Salikin : “Sabar adalah menahan jiwa dari keluh kesah dan marah, menahan lisan dari mengeluh serta menahan anggota badan dari berbuat tasywisy (tidak lurus). Sabar ada tiga macam : Sabar dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar dari maksiat, dan sabar dari cobaan Allah.”
Oleh karena itu sabar dibagi menjadi tiga tingkatan :
1. Sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena takut ancaman Allah, senantiasa dalam keimanan dan meninggalkan perkara yang diharamkan. Yang lebih dari ini adalah sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena malu kepada Allah. Penyebutan sabar dari maksiat memiliki dua sebab dan dua faedah :
Sebab pertama adalah takut ancaman yang akan menimpanya bila melakukan maksiat.
Sebab kedua adalah malu kepada Allah.
Adapun dua faedah sabar dari meninggakan kemaksiatan adalah tetapnya keimanan dan menjauhkan diri dari yang haram.
2. Tingkatan sabar yang kedua adalah sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan terus-menerus melaksanakannya, memelihara keikhlasan dalam mengerjakannya dan memperbaikinya.
Tingkatan kedua ini menunjukkan bahwa melaksanakan ketaatan lebih ditekankan daripada meninggalkan maksiat. Sehingga sabar pada tingkatan kedua ini di atas tingkatan sabar dari meninggalkan maksiat.
Sabar dalam tingkatan kedua ini mengandung tiga hal :
a. terus menerus dalam ketaatan.
b. Ikhlas dalam melaksanakannya.
c. Mengerjakannya sesuai dengan kandungan ilmu.
Ketaatan akan sirna bila salah satunya tidak terpenuhi. Seorang hamba bila terus-menerus dalam ketaatan berarti dia telah menunaikan (ketaatan itu). Dan jika mampu untuk melaksanakannya secara berkesinambungan, maka dia akan menghadapi dua bahaya berikutnya :
a. Tidak ikhlas, bila yang menimbulkan ketaatannya bukan semata-mata mengharap wajah Allah. Bahaya ini dihindari dengan cara memelihara keikhlasan.
b. Tidak sesuai dengan ilmu, maksudnya ; tidak sesuai dengan sunnah. Dan menghindari bahaya ini dengan mutaba’ah (mengikuti) jejak Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. (Madarijus Salikin jilid 2 hal 171-173 Darul Kutub Al Ilmiyah cet. thn 1420 H)
Ada beberapa hal yang akan menuntun seorang hamba sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan, sebagai berikut :
1. Hendaklah dia menyaksikan bahwa Allah Subhanahu wata’ala adalah Pencipta amal perbuatan hamba, baik gerakan-gerakan, tingkah laku dan kehendak-kehendak mereka. Kapan saja Allah menghendaki terjadinya amal perbuatan tersebut maka terjadilah. Dan jika Allah tidak berkehendak maka tidak terjadi. Tidak ada satu debu pun yang bergerak di permukaan bumi maupun di dalam perut bumi melainkan dengan ijin dan kehendak-Nya.
2. Hendaklah dia memandang kepada dosa-dosa yang telah dilakukannya. Dan Allah menimpakan musibah-musibah tersebut disebabkan dosa-dosanya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syuro : 30).
Apabila seorang hamba menyadari bahwa musibah-musibah yang menimpa disebabkan oleh dosa-dosanya. Maka dia akan segera bertaubat dan meminta ampun kepada Allah dari dosa-dosa yang melilit dirinya. Dikatakan oleh Ali bin Abu Tholib dan selainnya : “Tidaklah turun suatu malapetaka melainkan karena dosa. Dan tidaklah diangkat (malapetaka tersebut) kecuali dengan bertaubat.”
3. Hendaklah dia mengetahui bahwa Allah bersamanya apabila dia bersabar. Dan Allah cinta dan ridho kepadanya. Jika Allah bersamanya maka dirinya tidak terhanyut oleh berbagai gangguan dan mudharat, dimana tidak ada seorang pun dari kalangan makhluk-Nya yang mampu menghalau. Allah Ta’ala berfirman :
"Dan sabarlah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al Anfal : 46)
Dan Firman-Nya :
“…Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran : 146)
Al Imam Syafi’i berkata dalam sya’irnya :
Bersabarlah yang indah, alangkah
dekatnya kelapangan
Barangsiapa yang muraqabah (merasa
diawasi) Allah dalam seluruh urusan, ia akan berhasil
Barangsiapa yang membenarkan Allah,
tidak akan terbawa gangguan.
Dan barangsiapa yang mengharapkan-Nya,
Dia akan ada dimana dia mengharap. (Manaqib Asy Syafi’i, Al Baihaqi 2/362)
4. Hendaklah dia mengetahui bahwa jika dia bersabar, maka Allah akan menjadi penolongnya. Sesungguhnya Allah Maha Pelindung terhadap orang-orang yang sabar dan tidak akan menzholiminya.
Demikianlah risalah ringkas tentang sabar dalam menghadapi ujian hidup. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kepribadian yang tangguh dalam menghadapi berbagai cobaan di dunia ini dan kembali ke negeri Akhirat dalam keadaan memperoleh ridho-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamin

Monday, August 11, 2014

Siapa Kita Untuk Menilai Orang Lain

Erm.. kenapa perlu celik akal?. Allah SWT menciptakan manusia dan binatang dengan otak namun, yang membezakan antara manusia dengan binatang adalah akal. Sebab tulah kita pilih celik akal sebagai 'pencuci mulut' buat santapan minda kita. Bagi kita, semua manusia itu mempunyai akal namun hanya sebilangan sahaja daripada kita yang benar-benar menggunakannya. Tahukah kita bahawa otak kita merupakan bahagian tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari semua kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak kepala, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan 'Popper K.R. and J.C. Eccles1977'. Tapi, bagaimana pula kita hendak mengukur akal? Itulah salah satu kuasa Allah Azza Wajallah Maha Besar.

Sejenak kita memikirkan tentang manusia yang bijakmenggunakan akal untuk merosakkan hidup orang dengan menabur fitnah, mencaci, menghina, dan sebagainya demi untuk memuaskan nafsu dan kepentingan diri sendiri. Meningkatkan diri sendiri dengan hasil daripada kejatuhan orang lain untuk mendapatkan perhatian masyarakat dan mengecapi kesenangan dengan mengambil kesempatan kotor atas nama penipuan dan penindasan. Menutupi kelemahan dan dosa sendiri sedangkan bersenang-senang bercerita tentang hal orang lain dan menuding satu jari menandakan 'kau yang melakukan segalanya'sedangkan empat jari memantul balik ke arah diri sendiri, bijak kan? Mungkin ini yang mereka belajar di dalam hidup mereka dan mereka membawa bukti bahawa inilah NILAI diri mereka dan keadaan ini juga membuktikan bahawa mereka sebagai Lawyer Buruk... Tahu kenapa? Sebab secara tidak langsung mereka sudah melakukan sikap negatif, yang suka menghukum dan menghakimi orang lain.

Jika kita insan yang waras, kita akan sedar bahawa tugas yangseberhaknya menghukum adalah urusan Allah SWT kerana Dia yang menciptakan kita dan padaNya lah tempat kita kembali kelak. Bukankah Dia yang Maha Mengetahui atas segala perkara?Siapa dan apa hak kita untuk menghakimi kehidupan orang lain? Sesuci manakah diri kita sehingga menghina orang lain dan mulia sangatkah kita apabila bergelar penghina? Jika kita tidak dapat mencerminkan 'siapa' diri kita yang sebenarnya, sekurang-kurangnya renungilah sejarah silam tentang apa yang pernah kita lakukan dulu. Maka dengan itu mereka akan sedar bahawa 'ludah'mereka yang sememangnya berbau yang selama ini hanya asyik 'meludah' ke arah orang lain. Buktinya sudah ada 'apabila sering mengata dan mencari kelemahan orang lain' dan sesekali tanyalah diri kita sendiri, 'baik sangatkah aku nie?'Kesimpulanya disini, marilah kita fikir mengunakan akal kita sebelum hati kita menjadi hitam akibat jauh daripada mendapat hidayah daripada Allah SWT.

'Tinggalkan apa yang meragukan kamu kepada apa yang tidak meragukan kamu. Sesungguhnya kebenaran adalah ketenangan dan pembohongan adalah keraguan' (Riwayat al-Tirmizi dan Ahmad)...