Dunia Sementara Akhirat Selamanya
Bismillahirohmannirohim...
Allah Swt menciptakan Dunia ini untuk kita Manusia.
Namun kita di Ciptakan oleh Allah bukanlah untuk Dunia ini
Allah Swt menciptakan kita adalah untuk kehidupan Akhirat yang Selama-lamanya
Ketetapan Allah bahwasanya Dunia ini hanyalah Sementara saja
Apa saja yang ada di dunia, siapa saja yang berada di Dunia hanya Sementara saja
Kaya di Dunia Kaya yang Sementara
Miskin di dunia miskin pun yang Sementara
Jadi Raja di Dunia raja yang Sementara
Jadi Rakyat pun Sementara saja
Bismillahirohmannirohim...
Allah Swt menciptakan Dunia ini untuk kita Manusia.
Namun kita di Ciptakan oleh Allah bukanlah untuk Dunia ini
Allah Swt menciptakan kita adalah untuk kehidupan Akhirat yang Selama-lamanya
Ketetapan Allah bahwasanya Dunia ini hanyalah Sementara saja
Apa saja yang ada di dunia, siapa saja yang berada di Dunia hanya Sementara saja
Kaya di Dunia Kaya yang Sementara
Miskin di dunia miskin pun yang Sementara
Jadi Raja di Dunia raja yang Sementara
Jadi Rakyat pun Sementara saja
Jom Tengok Macam Macam TV yg Percuma termasuk tv1/2 dan lagi lagi
Wednesday, August 19, 2009
Renungan Buat Seorang Bernama Aku
"Siapakah kita? Dari mana kita datang? Kemana kita akan dikembalikan? Kesemua persoalan ini akan membawa kita kepada Pencipta Yang Satu yakni Allah Rabbuljalil. Selamilah ke dalam diri sendiri sejauh mana kita menyedari hakikat bahawa manusia walau sehebat dan setinggi mana kedudukannya diatas muka bumi ini namun yang memisahkan darjat manusia disisi Allah hanyalah Iman dan Takwa.
Seorang teman pernah mengingatkan bahawa dunia ini ibarat penjara dan manusia adalah ibarat banduan yang menanti masa ke tali gantung. Bezanya hanyalah banduan yang dihukum mati mengetahui bila masanya dia akan digantung sementara kita tidak, hanya menanti masanya. Sudahkah kita bersedia melaluinya?
Perhatikanlah disekeliling kita, betapa besarnya kurniaan nikmat Allah untuk manusia. Bangkit daripada tidur adalah satu nikmat, dapat membuka mata dan melihat adalah nikmat, memandang cermin dan melihat diri kita dari hujung rambut ke hujung kaki terasa begitu agungnya kejadian Allah. Itu hanya setakat diri kita sendiri, belum lagi memandang keluar tingkap melihat langit yang terbentang luas yang tidak ada siapa yang mengetahui betapa luasnya ia. Sesungguhnya ilmu Allah itu tiada batasnya sepertimana ilmu manusia kerana Dia adalah Al-khaliq. Sedarlah siapa kita wahai sekalian manusia, kita ini adalah hamba, hamba abdi kepada Tuhan yang satu yakni Allah.
Cuba hitungkan berapa lama sudah kita menumpang hidup diatas bumi Allah ini? 20 tahun? 40 tahun? 60 tahun? Selama kita hidup dengan menikmati segala nikmat yang Allah berikan ini, apa yang telah kita lakukan untuk membayarnya? Allah tidak menagih hambaNya untuk membayar dengan wang ringgit dan harta benda, apa yang Allah kehendaki hanyalah ketaatan kita sebagai hambanya. Selama kita hidup, adakah kita benar-benar taat dengan segala perintahnya sebagai 'Tuan' kepada kita? Allah memerintahkan kita solat apabila masuk waktunya, adakah kita taat? atau kita masih sibuk dengan urusan dunia. Tidak merasa bersalahkah kita membiarkan 'Tuan' menanti kita untuk mengadapNya. Tanyalah diri masing-masing 'selama kita hidup, apa yang telah kita lakukan untuk Allah dan agamanya?' dan 'setiap hari berapa lama kita mengingati Allah?. Sehari ada 24 jam dan dalam waktu sebanyak itu, berapa saat, berapa minit, berapa jam kita mengingati Allah?
Renungkanlah betapa lalainya kita sebagai hamba, seandainya kita hanya mengingati Allah disaat kita solat dan satu waktu solat itu mengambil masa kira-kira 10 minit, ini bermakna dalam 24 jam hanya lebih kurang satu jam kita mengingati Allah. Bayangkan kita telah menghabiskan 23 jam untuk urusan dunia. Ini bukan bermakna kita tidak perlu bekerja, tidak perlu makan dan tidak perlu minum tetapi ingatlah kepada Allah dalam setiap apa yang kita lakukan. Bekerja dengan penuh iltizam agar hasil rezeki darinya dapat kita nafkahkan sebahagiannya ke jalan Allah, makan dengan penuh ingatan bahawa apa yang kita makan itu adalah rezeki kurniaan Allah. Itulah ertinya seorang hamba yang bersyukur.
Hari ini, Allah menguji kita dengan bermacam-macam bencana yang datang bertimpa-timpa, belum pun habis dengan krisis ekonomi, Allah datangkan pula dengan wabak penyakit chikugunya, denggi, influenza A H1N1 dan sebahagian negara dilanda gempa bumi, ribut taufan dan sebagainya. Sejauh mana manusia mengambil segala bala bencana ini sebagai ujian dari Allah? Tingkah laku manusia masih kelihatan seperti biasa, tiada resah, tiada gusar dan tiada bergantung harap kepada Allah. Benarlah syaitan itu akan terus melalaikan dan melekakan manusia sehingga nyawa berada halkum, sehingga pintu taubat telah tertutup untuk manusia. Kembalilah kepada Allah, mohonlah ampun kepadanya sementara pintu taubat masih terbuka luas, perbaikilah segala amalan, panjatkanlah doa dan harapan agar pancaran hidayah dari Allah menerangi hati kita yang gelap dan kelam dengan selaput dosa-dosa silam. Semoga Allah panjangkan usia kita hamba-hamba yang hina ini untuk dapat sama-sama memanafaatkan Ramadhan yang bakal menjelma. Kami menantimu Ramadhan...
Seorang teman pernah mengingatkan bahawa dunia ini ibarat penjara dan manusia adalah ibarat banduan yang menanti masa ke tali gantung. Bezanya hanyalah banduan yang dihukum mati mengetahui bila masanya dia akan digantung sementara kita tidak, hanya menanti masanya. Sudahkah kita bersedia melaluinya?
Perhatikanlah disekeliling kita, betapa besarnya kurniaan nikmat Allah untuk manusia. Bangkit daripada tidur adalah satu nikmat, dapat membuka mata dan melihat adalah nikmat, memandang cermin dan melihat diri kita dari hujung rambut ke hujung kaki terasa begitu agungnya kejadian Allah. Itu hanya setakat diri kita sendiri, belum lagi memandang keluar tingkap melihat langit yang terbentang luas yang tidak ada siapa yang mengetahui betapa luasnya ia. Sesungguhnya ilmu Allah itu tiada batasnya sepertimana ilmu manusia kerana Dia adalah Al-khaliq. Sedarlah siapa kita wahai sekalian manusia, kita ini adalah hamba, hamba abdi kepada Tuhan yang satu yakni Allah.
Cuba hitungkan berapa lama sudah kita menumpang hidup diatas bumi Allah ini? 20 tahun? 40 tahun? 60 tahun? Selama kita hidup dengan menikmati segala nikmat yang Allah berikan ini, apa yang telah kita lakukan untuk membayarnya? Allah tidak menagih hambaNya untuk membayar dengan wang ringgit dan harta benda, apa yang Allah kehendaki hanyalah ketaatan kita sebagai hambanya. Selama kita hidup, adakah kita benar-benar taat dengan segala perintahnya sebagai 'Tuan' kepada kita? Allah memerintahkan kita solat apabila masuk waktunya, adakah kita taat? atau kita masih sibuk dengan urusan dunia. Tidak merasa bersalahkah kita membiarkan 'Tuan' menanti kita untuk mengadapNya. Tanyalah diri masing-masing 'selama kita hidup, apa yang telah kita lakukan untuk Allah dan agamanya?' dan 'setiap hari berapa lama kita mengingati Allah?. Sehari ada 24 jam dan dalam waktu sebanyak itu, berapa saat, berapa minit, berapa jam kita mengingati Allah?
Renungkanlah betapa lalainya kita sebagai hamba, seandainya kita hanya mengingati Allah disaat kita solat dan satu waktu solat itu mengambil masa kira-kira 10 minit, ini bermakna dalam 24 jam hanya lebih kurang satu jam kita mengingati Allah. Bayangkan kita telah menghabiskan 23 jam untuk urusan dunia. Ini bukan bermakna kita tidak perlu bekerja, tidak perlu makan dan tidak perlu minum tetapi ingatlah kepada Allah dalam setiap apa yang kita lakukan. Bekerja dengan penuh iltizam agar hasil rezeki darinya dapat kita nafkahkan sebahagiannya ke jalan Allah, makan dengan penuh ingatan bahawa apa yang kita makan itu adalah rezeki kurniaan Allah. Itulah ertinya seorang hamba yang bersyukur.
Hari ini, Allah menguji kita dengan bermacam-macam bencana yang datang bertimpa-timpa, belum pun habis dengan krisis ekonomi, Allah datangkan pula dengan wabak penyakit chikugunya, denggi, influenza A H1N1 dan sebahagian negara dilanda gempa bumi, ribut taufan dan sebagainya. Sejauh mana manusia mengambil segala bala bencana ini sebagai ujian dari Allah? Tingkah laku manusia masih kelihatan seperti biasa, tiada resah, tiada gusar dan tiada bergantung harap kepada Allah. Benarlah syaitan itu akan terus melalaikan dan melekakan manusia sehingga nyawa berada halkum, sehingga pintu taubat telah tertutup untuk manusia. Kembalilah kepada Allah, mohonlah ampun kepadanya sementara pintu taubat masih terbuka luas, perbaikilah segala amalan, panjatkanlah doa dan harapan agar pancaran hidayah dari Allah menerangi hati kita yang gelap dan kelam dengan selaput dosa-dosa silam. Semoga Allah panjangkan usia kita hamba-hamba yang hina ini untuk dapat sama-sama memanafaatkan Ramadhan yang bakal menjelma. Kami menantimu Ramadhan...
Labels:
Renungan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment